Analisis Mendalam
1. Perubahan Staking & Integrasi DeFi (Dampak Campuran)
Gambaran: Staking v1 BLOCK akan ditutup untuk peserta baru pada 31 Juli menjelang peluncuran v2 dengan hasil yang variabel. Pada saat yang sama, pool pinjaman BLOCK/USDC di Save Finance menawarkan hingga 500% APY (Blockassetco).
Arti dari ini: Penguncian staking selama 24–72 bulan dapat mengurangi tekanan jual dalam jangka pendek, tetapi imbal hasil variabel dari v2 bisa membuat pemegang jangka panjang ragu jika hasilnya kurang menarik. Integrasi DeFi meningkatkan kegunaan BLOCK, namun juga membuka risiko likuiditas jika penarikan USDC meningkat tajam.
2. Dampak Indeks S&P 500 (Dampak Bullish)
Gambaran: BLOCK resmi masuk ke indeks S&P 500 pada 23 Juli 2025, memicu kenaikan harga saham sebesar 10% (Daily Hodl). Dana indeks diwajibkan membeli sekitar 54 juta saham menurut estimasi JPMorgan.
Arti dari ini: Aliran dana institusional melalui ETF seperti pembelian senilai $19 juta oleh ARK Invest (CoinGape) dapat membantu menstabilkan harga BLOCK, meskipun pola “jual berita” setelah inklusi tetap menjadi risiko.
3. Ketergantungan pada Bitcoin & Risiko Makro (Dampak Bearish)
Gambaran: BLOCK menyimpan 8.692 BTC (senilai lebih dari $1 miliar pada harga $120 ribu/BTC) dan memungkinkan pembayaran BTC melalui Square. Namun, penurunan BTC sebesar 2,3% pada 15 Agustus setelah perubahan kebijakan Departemen Keuangan AS menunjukkan kerentanan (XT Blog).
Arti dari ini: Penilaian BLOCK sangat bergantung pada performa BTC. Penurunan harga BTC dapat memicu aksi jual berantai, sementara pengawasan regulasi terhadap pembayaran kripto (misalnya kepatuhan SEC terhadap MiCA) menambah tekanan.
Kesimpulan
Prospek jangka menengah BLOCK bergantung pada kemampuan mempertahankan staking dan ketahanan BTC, sementara aliran dana dari indeks memberikan batas bawah harga. Perhatikan APY staking v2 dan level support BTC di $118 ribu – apakah permintaan institusional mampu mengimbangi tekanan makro?