Penjelasan Mendalam
1. Tujuan & Nilai Tambah
Terra 2.0 dibuat pada tahun 2022 setelah stablecoin algoritmik Terra Classic, UST, mengalami kegagalan. Rantai baru ini menghilangkan UST sepenuhnya dan mengalihkan fokusnya pada pembangunan ekosistem terdesentralisasi untuk DApps di bidang DeFi, NFT, dan gaming. Misi utamanya adalah mengembalikan kepercayaan melalui tata kelola komunitas dan operasi yang transparan.
2. Teknologi & Arsitektur
Dibangun menggunakan Cosmos SDK, Terra menggunakan Tendermint BFT Proof-of-Stake sebagai mekanisme konsensus, yang memungkinkan sekitar 10.000 transaksi per detik. Desain modularnya memungkinkan interoperabilitas dengan rantai lain yang berbasis Cosmos, dan inovasi seperti Mantlemint meningkatkan efisiensi node. Para validator melakukan staking LUNA untuk mengamankan jaringan, dengan prioritas pada kecepatan dan skalabilitas.
3. Tokenomik & Tata Kelola
Pasokan LUNA tidak dibatasi, dan token ini digunakan untuk:
- Staking: Mendapatkan imbalan dan berpartisipasi dalam keamanan jaringan.
- Tata kelola: Memberikan suara dalam pembaruan protokol dan alokasi dana.
- Biaya transaksi: Dibayar menggunakan LUNA untuk aktivitas di dalam jaringan.
Keputusan dibuat melalui pemungutan suara yang terdesentralisasi, tanpa ada entitas pusat yang mengendalikan pengembangan—sebuah perubahan yang disengaja dari kepemimpinan terpusat Terra Classic.
Kesimpulan
Terra 2.0 adalah blockchain yang dipimpin oleh komunitas dengan tujuan membangun kembali kredibilitas melalui tata kelola yang terdesentralisasi dan infrastruktur yang dapat diskalakan. Meskipun ekosistemnya sudah mendukung lebih dari 44 proyek hingga tahun 2025, pertanyaan yang masih tersisa adalah: Bisakah Terra 2.0 mendorong inovasi berkelanjutan tanpa mengulangi kesalahan masa lalu?